Welcome To Perintis Ceger

Selasa, 25 Januari 2011

Asal-Usul Musik Indonesia

A. Zaman Prasejarah (sebelum abad 1 M)

Zaman prasejarah merupakan zaman yang menentukan perkembangan kebudayaan, termasuk musik Indonesia. Menurut Alec Robertson dan Denis Stevens, pada zaman Mesolitikum di Asia tenggara terdapat tiga ras besar. Tiga ras tersebut antara lain: ras Australide, ras Melanesia, dan ras Negrito.
Dari penelitian lewat penggalian diketahui bahwa lapisan bawah tersebut disusuloleh lapisan baru yang menceritakan adanya dua arus imigrasi besar:
• Imigrasi Pra-Melayu
• Imigrasi Proto-Melayu


B. Imigrasi Pra-Melayu

Di Annam, bangsa tersebut mengembangkan semacam pantun yang dinyanyikan secara sahut menyahut antara laki-laki dan perempuan. Alat musik yang mereka pergunakan di sebut Khen. Alat ini tergolong dalam kelompok alat musik tiup. Khen terdiri dari 6 batang bambu yang ditiup secara bersamaan dua atau tiga nada. Di Cina, Khen dikenal dengan nama Sheng sementara di Kalimantan dikenal dengan nama Kledi. Khen hanyalah merupakan salah satu contoh alat musik bambu yang hingga kini masih banyak terdapat di Asia Tenggara. Di Bali, hingga kini masih ada semacam Kledi raksasa. Alat itu terdiri dari sejumlah batang bambu yang ditanam di tanah. Bila alat itu tertiup angina ia akan mengeluarkan bunyi yang cukup indah.



C. Imigrasi Proto-Melayu pada Zaman Perunggu

Sekitar abad 4 SM, terjadi lagi suatu gelombang imigrasi ke Indonesia. Imigrasi tersebut berpangkal dari suatu daerah di Cina Selatan yang bernama Annam. Menurut R. von Heine-Geldern perpindahan suku-suku tersebut melewati daerah Kamboja,Laos,Thailand,Malaysia, dan Indonesia. Mereka berjalan terus ke Filipina,Melanesia, dan Polynesia. P.Wilhem Schmidtmenemukan bahwa para penduduk Indonesia, Melanesia dan Polynesia memiliki dasar satu bangsa yang sama.
Kejadian pada zaman perunggu ini mempengaruhi juga kebudayaan musik di Indonesia. Pada masa ini diperkirakan gong-gong pertama di Indonesia didatangkan dari Asia Selatan. Perkiraan ini didasarkan pada penemuan di dekat sebuah desa yang bernama Dongson pada tahun 1930-an berbagai alat dari perunggu. Dengan penemuan itu diketahui bahwa sesungguhnya dari sinilah kebudayaan perunggu tersebar. Tentu saja persebaran itu tidak hanya ke Indonesia tetapi juga ke seluruh Asia Tenggara. Seturut nama asalnya, kebudayaan perunggu ini disebut juga ‘kebudayaan Dongson’. Proses penyebaran kebudayaan ini berlangsung dari abad 7-1 SM. Kebudayaan ini mencapai puncaknya pada abad 3-2 SM. Diperkirakan bahwa gong yang dimiliki oleh masyarakat Dongson berukuran besar, sehingga alat tersebut berat dan tidak mudah dibawa serta dalam perpindahan mereka.


D. Zaman Hindu

Lalulintas pada masa sebelumnya diperkirakan terjadi lewat daratan. Berkat kemajuan tersebut pedagang India yang mendatangi daerah-daerah Indonesia bertambah banyak. Dengan demikian pengaruh kebudayaan India ke Indonesia juga bertambah besar. Pengaruh ini terjadi baikdi bidang dagang dan politik maupun agama dan kebudayaan. Agama Buddha masuk kepulauan Indonesia diperkirakan terjadi pada abad ke 4. kebudayaan ini sempat mendirikan pusatnya di Sumatera pada awal abad ke 7 dalam masa kerajaan Sriwijaya. Di Jawa hal yang sama terjadi pada masa kejayaan Dinasti Syailendra. Puncak pengaruh kebudayaan India terjadi antara pertengahan abad ke 8 hingga abad ke 11. Pada waktu itu terjadi suatu tahap pengembangan kretivitas yang sangat tinggi. Pada masa inilah kebudayaan Jawa berkembang dengan pesat. Kemajuan tersebut, nampak pula dalam kemampuan masyarakat zaman ini membangun Candi Borobudur dan Prambanan yang masih berdiri dengan indahnya hingga sekarang.
Perkembangan musik, pada masa ini, sangat dipengaruhi oleh kisah Ramayana. Kisah ini merupakan suatu drama Hindu yang menggunakan bahasa Sansekerta. Drama ini diterjemahkan dan diolah bebas dalam banyak bahasa di Asia Tenggara. Pementasan fragmen-fragmen dari drama ini sangat disukai. Paling tidak dari abad ke 9, telah terdapat terjemahan kisah ini dalam bahasa bahasa Jawa. Kemudian, paling tidak sejak abad ke 11 kisah ini telah dipentaskan di Jawa. Selain pementasan tari, pada masa itu, berkembang pula pementasan dengan versi wayang. Wayang merupakan tradisi pementasan yang tampaknya berasal dari zaman pra-Hindu.
Ketika masyarakat dan kebudayaan Hindu datang ke Jawa, penduduk asli telah menemukan bermacam-macam alat musik. Dalam relief pada candi Borobudur ditampilkan bebrapa alat musik local maupun alat musik yang diimpor dari India. Alat-alat musik yang ditampilkan itu antara lain: Gendang,kledi ,suling,angklung,alat tiup,xylofon,sapeq,sitar dan harpa dengan 10 dawai,lonceng dari perunggu,gong,saron,serta boning. Beberapa alat yang didatangkan dari India, pada waktu itu masih dimainkan menurut kebiasaan India.




E. Zaman Pasca Hindu



Akhir zaman Hindu gamelan sudah mencapai ansambel yang lengkap seperti zaman sekarang. Waktu itu hanya satau alat yang belum ada yakni rebab. Meskipun jenis alat musik gamelan telah mendekati jumlah nya yang sekarang, menurut Jaap Kunst alat-alat tersebut belum tentu selalu dimainkan secara bersama-sama. Bias jadi alat-alat tersebut baru dikelompokkan dalam ansambel-ansambel kecil seperti misalnya ansambel dengan alat musik lembut yang dipakai khusus di dalam ruangan yang terdiri dari gender,gambang,dan suling. Bisa jadi pula waktu itu sudah terdapat ansambel yang menggunakan alat-alat musik keras seperti misalnya: gendang, simbal,macam-macam gong yang dipakai di luar gedung entah pada waktu pesta atau pawai.
Ansambel yang mempergunakan alat-alat keras seperti di Jawa tersebut terdapat pula di beberapapulau lain, misalnya di Nias dan Flores Barat. Gamelan Munggang, ansambel orkes gamelan tertua, ternyata merupakan ansambel yang menggunakan alat-alat musik bersuara keras seperti ini juga. Kunst berpendapat bahwa penggabungan kedua ansambel baru menjadi orkes gamelan baru terjadi sesudah zaman Hindu.
Alat musik gambus disertai dengan biola, akordeon, gendang, seruling, dan bas membentuk satu ansambel yang sering disebut dengan orkes gambus. Dari contoh ini kiranya menjadi jelas bagi kita bahwa berbagai alat musik yang masuk telah mengalami suatu proses pengintegrasian ke dalam tradisi musik Indonesia.













































Tidak ada komentar:

Posting Komentar